Pakar Keamanan Pangan dan Gizi Fakultas Ekologi Manusia Institut
Pertanian Bogor Prof Ahmad Sulaeman mengingatkan masyarakat untuk
mewaspadai buah impor.
"Harga buah impor yang dijual di supermarket Indonesia kadang
lebih murah dibanding harga di negara asalnya. Hal ini tentu saja
membuat kita heran sekaligus bertanya, mengapa buah tersebut bisa dijual
dengan
harga murah?" katanya melalui Kantor Humas IPB di Bogor, Rabu
(16/5).
Ahmad Sulaeman menjelaskan lebih lanjut temuannya tentang buah
impor ini. Ia mengemukakan bahwa satu terminal buah di Rotterdam Belanda
yang luasnya hampir sama dengan Bandara Soekarno Hatta di Cengkareng
terdapat gudang pendingin sebagai tempat menyimpan buah.
Ternyata, usia penyimpanan buah impor tersebut ada yang mencapai
dua tahun, dan yang paling muda adalah enam bulan. Agar buah tahan di
suhu dingin, tidak kering dan tidak keriput, maka kulit buah dilapisi
lilin. "Dalam lilin itu juga ditambahkan fungisida agar buah tidak
berjamur," ujarnya.
Menurut dia, hasil dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa
fungisida yang biasa ditambahkan adalah jenis fincocillin yang bersifat
anti-androgenic yang sama sifatnya seperti DDT
(Dichloro-Diphenyl-Trichloroethane). Anti-androgenic ini, katanya,
menimbulkan efek mandul pada serangga.
Ia menjelaskan, sebagaimana diketahui, DDT adalah insektisida
tempo dulu yang pernah disanjung setinggi langit karena jasa-jasanya
dalam penanggulangan berbagai penyakit yang ditularkan vektor serangga.
"Tetapi kini penggunaan DDT di banyak negara di dunia terutama
di Amerika Utara, Eropa Barat dan juga di Indonesia telah dilarang,"
katanya.
Ia mengatakan, menjadi jelas bahwa buah impor tidak lepas dari pestisida.
Sumber